Pendosawalan Kalinyamatan Jepara

26 Agustus 2025

Meneladani Kesederhanaan Rasulullah ﷺ di Zaman Modern (Edisi Maulidan)


Di tengah arus globalisasi dan konsumerisme yang kian tak terkendali, manusia modern sering kali terjebak dalam perlombaan untuk mengumpulkan harta dan mengejar kemewahan. Paradigma ini sering kali menimbulkan kegelisahan, kekosongan spiritual, dan hilangnya makna hidup yang hakiki. Berangkat dari kegelisahan tersebut, makalah ini hadir sebagai refleksi untuk kembali kepada teladan terbaik sepanjang masa, yaitu Rasulullah Muhammad ﷺ. Beliau telah memberikan contoh nyata bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada melimpahnya materi, melainkan pada kesederhanaan yang dilandasi oleh keyakinan dan rasa syukur.

Konsep Kesederhanaan dalam Islam

Dalam Islam, kesederhanaan tidak dimaknai sebagai kemiskinan atau penolakan terhadap kenikmatan duniawi yang halal. Sebaliknya, ia adalah sikap spiritual yang dikenal sebagai zuhud, yaitu ketidakbergantungan hati pada harta benda dunia. Seseorang yang zuhud tidak menimbun harta, tetapi menggunakannya sebagai sarana untuk beribadah dan beramal saleh. Kesederhanaan juga mencakup sifat qana'ah, yaitu merasa cukup dan puas dengan rezeki yang telah diberikan Allah SWT, tanpa membandingkan diri dengan orang lain.

Dalil-Dalil tentang Kesederhanaan

Konsep kesederhanaan dalam Islam didukung oleh dalil-dalil kuat dari sumber utama ajaran, yaitu Al-Qur'an dan Hadits.

a. Dalil dari Al-Qur'an

Allah SWT berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: "Makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Ayat ini adalah fondasi ajaran untuk menjauhi israf (pemborosan) dan segala bentuk perilaku yang melampaui batas kewajaran, baik dalam konsumsi maupun penggunaan sumber daya lainnya.

b. Dalil dari Hadits Nabi ﷺ

Rasulullah ﷺ bersabda:

الزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا لَيْسَ بِتَحْرِيمِ الْحَلَالِ، وَلَا بِإِضَاعَةِ الْمَالِ، وَلَكِنْ أَنْ تَكُونَ بِمَا فِي اللَّهِ أَوْثَقَ مِنْكَ بِمَا فِي يَدَيْكَ

Artinya: "Zuhud (hidup sederhana) di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal, atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi hendaknya engkau lebih yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini memperjelas bahwa zuhud adalah tentang keyakinan hati, bukan tentang kondisi fisik. Ketenangan sejati didapat saat hati lebih terikat pada janji-janji Allah daripada pada harta yang ada di genggaman.

Kisah-Kisah Teladan Rasulullah ﷺ dan Para Sahabat

Rasulullah ﷺ adalah perwujudan sempurna dari ajaran yang beliau bawa. Kehidupan sehari-hari beliau penuh dengan contoh-contoh kesederhanaan yang patut diteladani.

a. Kisah bersama Istri Beliau, Aisyah RA

Aisyah RA pernah ditanya tentang makanan Rasulullah ﷺ. Beliau menjawab, "Kadang-kadang, sebulan penuh kami tidak menyalakan api (untuk memasak). Makanan kami hanya kurma dan air." Ini menunjukkan bahwa kemewahan bukanlah standar kebahagiaan dalam rumah tangga Nabi.

b. Kisah bersama Sahabat Umar bin Khattab RA

Suatu hari, Umar bin Khattab RA melihat Rasulullah ﷺ terbaring di atas tikar kasar hingga membekas di tubuhnya. Umar menangis melihat kondisi itu dan membandingkannya dengan raja-raja Romawi dan Persia yang hidup dalam kemewahan. Rasulullah ﷺ kemudian menjawab dengan bijaksana, "Wahai Umar, biarkanlah dunia ini untuk mereka. Bukankah kita telah memilih akhirat?" Jawaban ini menggarisbawahi prioritas utama Rasulullah ﷺ, yaitu kebahagiaan abadi di akhirat, bukan kenikmatan fana di dunia.

Solusi Mengimplementasikan Kesederhanaan di Era Modern

Meskipun hidup di era digital dan serba canggih, prinsip-prinsip kesederhanaan tetap relevan dan dapat diterapkan. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:

  • Terapkan Pola Pikir Minimalis: Fokus pada esensi. Miliki barang secukupnya, yang benar-benar dibutuhkan, dan hindari akumulasi barang-barang yang tidak esensial.

  • Selektif terhadap Media Sosial: Gunakan media sosial dengan bijak. Hindari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain yang memicu rasa iri dan keinginan konsumtif. Jadikan media sosial sebagai alat, bukan standar hidup.

  • Latih Rasa Syukur (Qana'ah): Setiap hari, biasakan untuk mensyukuri hal-hal kecil yang Anda miliki. Rasa syukur adalah penangkal terbaik terhadap ketidakpuasan dan ambisi yang berlebihan.

  • Investasi pada Pengalaman, Bukan Benda: Alokasikan sumber daya Anda (waktu, uang) untuk hal-hal yang memberikan pengalaman berharga, seperti liburan, belajar, atau berinteraksi dengan orang-orang tercinta. Kenangan indah lebih abadi daripada materi.

Penutup

Kesederhanaan bukanlah sebuah kekurangan, melainkan sebuah kekuatan. Ia adalah jalan untuk membebaskan diri dari belenggu materialisme dan menemukan kebahagiaan yang sejati. Rasulullah ﷺ telah membuktikan bahwa hidup yang paling berharga adalah hidup yang tidak terikat oleh dunia, melainkan dipenuhi oleh keberkahan, rasa cukup, dan kedekatan dengan Sang Pencipta.

"Kesederhanaan adalah tanda kebijaksanaan. Semakin sedikit yang kita butuhkan, semakin dekat kita pada kebahagiaan." 


Share:

Postingan Populer