
ุญَู
ْุฏُ ِِّٰููู ุงَّูุฐِْู ุฃَْูุนَู
ََูุง ุจِِูุนْู
َุฉِ
ุงْูุงِْูู
َุงِู َูุงْูุงِุณَْูุงู
ِ، َูุงูุตََّูุงุฉُุงู َูุงูุณََّูุงู
ُ ุนَٰูู ุณَِّูุฏَِูุง
ู
ُุญَู
َّุฏٍ ุฎَْูุฑِุงู ุงْูุฃََูุงู
ِ، َูุนَٰูู ุงِِٰูู َูุฃَุตْุญَุงุจِِู ุงِْููุฑَุงู
ِ، ุฃَุดَْูุฏُ
ุงَْู َูุง ุงَِٰูู ุงَِّูุง ุงُููู ุงْูู
َُِูู ุงُْููุฏُّْูุณُ ุงูุณََّูุงู
ُ َูุฃَุดَْูุฏُ ุงََّู
ุณَِّูุฏََูุง َูุญَุจِْูุจََูุง ู
ُุญَู
َّุฏًุง ุนَุจْุฏُُู َูุฑَุณُُُْููู ุตَุงุญِุจُ ุงูุดَّุฑَِู
َูุงْูุฅِุญْุชِุฑَุงู
، ุฃَู
َّุง ุจَุนْุฏُ: ََููุงุนِุจَุงุฏَ ุงِููู، ุงِุชَُّููุง ุงَّٰููู ุญََّู
ุชَُูุงุชِِู ََููุง ุชَู
ُْูุชَُّู ุงَِّูุง َูุฃَْูุชُู
ْ ู
ُุณِْูู
َُْูู، َูุงَู ุงُّٰููู ุชَุนَุงَูู
ِูู ุงُْููุฑْุงِٰู ุงْูุนَุธِْูู
ِ. ุฃَุนُْูุฐُ ุจِุงِّٰููู ู
َِู ุงูุดَّْูุทَุงِู ุงูุฑَّุฌِْูู
ِ
ุจِุณْู
ِ ุงِّٰููู ุงูุฑَّุญْู
ِٰู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ َูุฅِุฐْ ุชَุฃَุฐََّู ุฑَุจُُّูู
ْ َูุฆِู
ุดََูุฑْุชُู
ْ َูุฃَุฒِูุฏََُّููู
ْ ۖ ََููุฆِู ََููุฑْุชُู
ْ ุฅَِّู ุนَุฐَุงุจِู َูุดَุฏِูุฏٌ
Hadlirin…..
Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah....
Hadlirin…..
Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia larut dalam euforia
perayaan Hari Kemerdekaan. Bendera Merah Putih berkibar di setiap sudut pelosok
negeri, lantunan lagu kebangsaan bergema di seluruh Nusantara. Kemerdekaan
adalah nikmat tak ternilai harganya. Sebuah hasil dari perjuangan para pahlawan
yang mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan bangsa dari belenggu
penjajahan. Kita sebagai generasi penerus yang merasakan nikmat kemerdekaan ini
wajib berterima kasih atas jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga
demi kemeredekaan Indonesia. Yang utama adalah rasa syukur kita tujukan kepada Allah SWT.,
karena kalau bukan atas izin-Nya, nikmat kemerdekaan ini tidak kan pernah kita
rasakan.
Rasa Syukur bisa kita ekspresikan dalam berbagai bentuk, mengucap Alhamdulillah,
bersujud syukur, adalah diantara contohnya. Terkait momentum perayaan kemerdekaan, biasanya rasa syukur biasa kita ekspresikan dalam berbagai kegiatan yang
menggembirakan, mulai dari selamatan, makan-makan bersama, mengadakan
lomba-lomba dan juga menggelar berbagai panggung hiburan.
Namun, Ekspresi syukur yang
sejati seharusnya tidak hanya terbatas pada euforia sesaat, tetapi juga
tercermin dalam sikap, perbuatan, dan tanggung jawab kita sebagai warga negara.
Hadirin…..
Ekspresi rasa syukur yang sejati diantaranya adalah sebagai berikut :
- Mengenang
Jasa Pahlawan: Rasa
syukur yang paling mendasar adalah dengan tidak melupakan sejarah.
Menghargai perjuangan pahlawan dengan mendo’akan mereka semoga perjuangannya diterima oleh Allah, untuk selanjutnya meneladani semangat mereka. Semangat
pantang menyerah, rela berkorban, dan cinta tanah air harus terus
dihidupkan dalam diri kita.
- Menjaga
Persatuan dan Kesatuan: Kemerdekaan
diraih berkat persatuan dari berbagai suku, agama, dan golongan. Merayakan
kemerdekaan adalah dengan terus merawat kebhinekaan. Menghindari
perpecahan, intoleransi, dan konflik adalah wujud nyata dari rasa syukur
kita atas persatuan yang telah diwariskan.
- Mengisi
Kemerdekaan dengan Prestasi: Para pahlawan telah membebaskan kita dari penjajahan fisik.
Tugas kita sekarang adalah membebaskan bangsa dari kebodohan, kemiskinan,
dan keterbelakangan. Bekerja keras, belajar dengan tekun, berinovasi, dan
berkontribusi positif bagi bangsa adalah cara terbaik untuk mengisi
kemerdekaan. Ini adalah bentuk syukur yang paling produktif dan mencerminkan rasa syukur yang sebenarnya.
Hadirin…..
Ekspresi rasa syukur sebagaimana tersebut diatas tentunya sudah sesuai
dengan tuntunan agama, yaitu dengan melakasanakan hal-hal yang positif yang
bermanfaat bagi diri sendiri ataupun untuk orang lain. Sebagaimana ucapan nabi
sulaiman yang tertulis dalam al qur’an ketika beliau mendapat nikmat, yaitu…
ุฑَุจِّ ุฃَْูุฒِุนِْูู ุฃَْู ุฃَุดُْูุฑَ ِูุนْู
َุชََู ุงَّูุชِู
ุฃَْูุนَู
ْุชَ ุนَََّูู َูุนََٰูู َูุงِูุฏََّู َูุฃَْู ุฃَุนْู
ََู ุตَุงِูุญًุง ุชَุฑْุถَุงُู
َูุฃَุฏْุฎِِْููู ุจِุฑَุญْู
َุชَِู ِูู ุนِุจَุงุฏَِู ุงูุตَّุงِูุญَِูู
"Ya
Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku
mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih."
Ayat tersebut adalah bagian dari doa Nabi Sulaiman a.s. yang terdapat
dalam Al-Qur'an, surat An-Naml ayat 19.
Dalam ayat ini jelas bahwa syukur atas kenikmatan yang sejati adalah
dengan berterima kasih, kemudian melakukan amal sholih yang diridloi oleh Allah
dan berharap dikumpulkan dalam golongan orang-orang sholih.
Hadirin…..
Sayangnya, di sisi lain, kita juga sering mendapati perayaan kemerdekaan yang diekspresikan dengan cara yang kurang tepatl, bahkan ada yang melenceng jauh dari makna syukur itu sendiri.menjauhkan kita dari hakikat Syukur.
- Contohya adalah bererapa lomba yang dilaksanakan hanya sebatas untuk menghibur diri dengan mentertawakan aksi orang lain yang seringkali merendahkan nilai-nilai
kemanusiaan, seperti cepat-cepatan makan kerupuk yang dilakukan sambil berdiri. Atau
juga banyak-banyakan makan yang melebihi porsi normal manusia. Kedua jenis
lomba tersebut tentu tidak sesuai dengan tuntunan adab makan dalam agama kita. Islam mengajarkan etika makan diantaranya tidak tergesa-gesa apalagi adu cepat, tidak juga sambil berdiri dan kita disuruh makan secukupnya sesuai porsi masing-masing. Tidak diperbolehkan makan secara berlebihan. Kemudian lomba atau permainan dengan kostum yang tidak sesuai dengan jenis kelamin, dimana
laki-laki memakai daster yang mana itu adalah pakaian wanita. Ini
juga tidak sesuai dengan norma agama, karena nabi Muhammad SAW. dengan tegas melarang laki-laki berpenampilan seperti wanita dan begitu juga sebaliknya. Yang demikian adalah perbuatan yang kurang tepat sebagai ekspresi syukur.
- Panggung-panggung
hiburan yang menampilkan aurat wanita yang bisa memancing
syahwat lelaki, yang tidak jarang juga dijadikan tempat pesta minuman
keras, perjudian, dan terkadang pula menimbulkan kericuhan sampai berujung tawuran. Ini jelas bukanlah bagian dari ekspresi syukur atas
nikmat kemerdekaan, tapi justru sebaliknya, yaitu kufur terhadap nikmat
dari Allah SWT. karena nyata-nyata melakukan sesuatu yang tidak diridhoi oleh yang telah memberi nikmat.
Allah telah dengan tegas berfirman di dalam Al qur’an :
َูุฅِุฐْ ุชَุฃَุฐََّู ุฑَุจُُّูู
ْ َูุฆِู ุดََูุฑْุชُู
ْ
َูุฃَุฒِูุฏََُّููู
ْ ۖ ََููุฆِู ََููุฑْุชُู
ْ ุฅَِّู ุนَุฐَุงุจِู َูุดَุฏِูุฏٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras.'"
Dari ayat tersebut menjadi jelas rumusan bahwa jika kita ingin mempertahankan kenikmatan atau bahkan meningkatkan nikmat yang kita rasakan, kuncinya adalah dengan bersyukur yang sebenar-benarnya syukur. Namun sebaliknya jika kita kufur, maka Allah mengancam kita dengan azab yang sangat pedih.
Hadirin….
Merayakan Hari Kemerdekaan adalah hak setiap warga negara, tetapi
penting untuk selalu menempatkannya dalam konteks yang sesuai dengan tuntunan agama. Kemerdekaan
adalah anugerah yang harus disyukuri, bukan sekadar dirayakan dengan bereuforia
tanpa arti.
Mari kita rayakan hari kemerdekaan dengan berbagai lomba yang mengasah ketrampilan, ketangkasan, maupun adu cepat yang sesuai dengan tuntunan agama kita. Begitu juga ketika menggelar hiburan, tetap dalam koridor aturan syariat dan menghormati norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Mari jadikan setiap perayaan 17 Agustus sebagai momentum untuk kembali
merenungkan, meneladani, dan berkomitmen untuk menjadi warga negara yang lebih
baik. Jauhkan diri dari perayaan yang hanya berujung pada hura-hura tanpa
makna.
Mari kita tunjukkan rasa syukur kita yang sejati dengan terus menjaga,
merawat, dan membangun Indonesia menjadi negara yang maju, adil, makmur dan
sejahtera, sesuai dengan cita-cita para pahlawan bangsa. Karena
sejatinya, kemerdekaan adalah tanggung jawab yang harus kita emban demi
membuat negara kita menjadi baldatun thoyyibatun warobbun ghofur, bukan
sekadar pesta, bergembira dan tertawa-tawa.
Selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke - 80.
Semoga Indonesia semakin jaya.
ุจุงุฑََู ุงُّٰููู ِْูู ََُูููู
ْ ِْูู ุงُْููุฑْุงِٰู
ุงَْููุฑِْูู
ِ، َََูููุนَِْูู َูุงَِّูุงُูู
ْ ุจِู
َุง ِِْููู ู
َِู ุงูุฐِّْูุฑِ ุงْูุญَِْููู
ِ.
ุงَُُْููู َِْْูููู ٰูุฐَุง، َูุงَุณْุชَุบِْูุฑُ ุงَّٰููู ุงْูุนَุธِْูู
َ ِْูู ََُูููู
ْ،
َِููุณَุงุฆِุฑِ ุงْูู
ُุณِْูู
َِْูู ู
ِْู ُِّูู ุฐَْูุจٍ، َูุงุณْุชَุบِْูุฑُُْูู ุงَِّููٗ َُูู
ุงْูุบَُْููุฑُ ุงูุฑَّุญِْูู
ُ
Khutbah II
ุงَْูุญَู
ْุฏُ ِِّٰููู ุงَّูุฐِู َูุฏَุงَูุง َِููุฐَุง َูู
َุง
َُّููุง َِْูููุชَุฏَِู ََْูููุง ุฃَْู َูุฏَุงَูุง ุงُّٰููู. ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู َูุง ุฅَِٰูู
ุฅَِّูุง ุงُّٰููู َูุญْุฏَُู َูุง ุดَุฑَِْูู َُูู، َูุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู
ُุญَู
َّุฏًุง ุนَุจْุฏُُู
َูุฑَุณُُُْููู َูุง َูุจَِّู ุจَุนْุฏَُู. ุงَُّٰูููู
َّ ุตَِّู َูุณَِّูู
ْ َูุจَุงุฑِْู ุนََูู
ุณَِّูุฏَِูุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِِูู َูุตَุญْุจِِู ุงูู
ُุฌَุงِูุฏَِْูู ุงูุทَّุงِูุฑَِْูู.
ุฃَู
َّุง ุจَุนْุฏُ، ََููุง ุขَُّููุง ุงูุญَุงุถِุฑَُْูู، ุฃُْูุตُِْููู
ْ َูุฅَِّูุงَู
ุจِุชََْููู ุงِّٰููู َูุทَุงุนَุชِِู َูุนََُّููู
ْ ุชُِْููุญَُْูู. َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู
ุขู
َُููุง ุงุชَُّููุง ุงَّٰููู ุญََّู ุชَُูุงุชِِู ََููุง ุชَู
ُูุชَُّู ุฅَِّูุง َูุฃَْูุชُู
ْ
ู
ُุณِْูู
َُูู، َูุชَุฒََّูุฏُูุง َูุฅَِّู ุฎَْูุฑَ ุงูุฒَّุงุฏِ ุงูุชََّْููู
ََููุฏْ َูุงَู ุงُّٰููู ุชَุนَุงَูู ِูู ِูุชَุงุจِِู ุงَْููุฑِْูู
ِ ุฃَุนُْูุฐُ
ุจِุงِّٰููู ู
َِู ุงูุดَّْูุทَุงِู ุงูุฑَّุฌِْูู
ِ، ุจِุณْู
ِ ุงِّٰููู ุงูุฑَّุญْู
َِู
ุงูุฑَّุญِْูู
ِ: َูุงْูุนَุตْุฑِ. ุฅَِّู ุงْูุฅِْูุณَุงَู َِููู ุฎُุณْุฑٍ. ุฅَِّูุง ุงَّูุฐَِูู
ุขู
َُููุง َูุนَู
ُِููุง ุงูุตَّุงِูุญَุงุชِ َูุชََูุงุตَْูุง ุจِุงْูุญَِّู َูุชََูุงุตَْูุง
ุจِุงูุตَّุจْุฑ ุฅَِّู ุงَّٰููู َูู
ََูุงุฆَِูุชَُู ُูุตََُّููู ุนََูู ุงَّููุจِِّู
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง ุตَُّููุง ุนََِْููู َูุณَِّูู
ُูุง
ุชَุณِْููู
ًุง. ุงُّٰูููู
َّ ุตَِّู ุนََูู ุณَِّูุฏَِูุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِู ุณَِّูุฏَِูุง
ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูู
َุง ุตََّْููุชَ ุนََูู ุณَِّูุฏَِูุง ุฅِุจْุฑَุงِููู
َ َูุนََูู ุขِู ุณَِّูุฏَِูุง
ุฅِุจْุฑَุงِููู
َ، َูุจَุงุฑِْู ุนََูู ุณَِّูุฏَِูุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِู ุณَِّูุฏَِูุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ
َูู
َุง ุจَุงุฑَْูุชَ ุนََูู ุณَِّูุฏَِูุง ุฅِุจْุฑَุงِููู
َ َูุนََูู ุขِู ุณَِّูุฏَِูุง
ุฅِุจْุฑَุงِููู
َ، ِูู ุงْูุนَุงَูู
َِูู ุฅََِّูู ุญَู
ِูุฏٌ ู
َุฌِูุฏٌ
ุงَُّٰูููู
َّ
ุงุบِْูุฑْ ِْููู
ُุณِْูู
َِْูู َูุงْูู
ُุณِْูู
َุงุชِ َูุงْูู
ُุคْู
َِِْููู َูุงْูู
ُุคْู
َِูุงุชِ.
ุงَُّٰูููู
َّ ุงุฏَْูุนْ ุนََّูุง ุงْูุบََูุงุกَ َูุงَْููุจَุงุกَ َูุงูุทَّุงุนَُْูู
َูุงْูุงَู
ْุฑَุงุถَ َูุงِْููุชََู ู
َุง َูุง َูุฏَْูุนُُู ุบَْูุฑَُู ุนَْู ุจََูุฏَِูุง ٰูุฐَุง
ุงِْูุฏُِْْูููุณَِّูุง ุฎَุงุตَّุฉً َูุนَْู ุณَุงุฆِุฑِ ุจَِูุงุฏِ ุงْูู
ُุณِْูู
َِْูู ุนَุงู
َّุฉً َูุง
ุฑَุจَّ ุงْูุนَุงَูู
َِْูู. ุฑَุจََّูุง ุงٰุชَِูุง ِูู ุงูุฏَُّْููุง ุญَุณََูุฉً َู ِูู
ุงْูุงٰุฎِุฑَุฉِ ุญَุณََูุฉً َู َِููุง ุนَุฐَุงุจَ ุงَّููุงุฑِ ุนٍุจَุงุฏَ ุงِّٰููู، ุฅَِّู
ุงَّٰููู َูุฃْู
ُุฑُ ุจِุงْูุนَุฏِْู َูุงْูุฅِุญْุณَุงِู َูุฅِْูุชุงุกِ ุฐِู ุงُْููุฑْุจَู َََْููููู
ุนَِู ุงَْููุญْุดุงุกِ َูุงْูู
َُْููุฑِ َูุงْูุจَุบِْู َูุนِุธُُูู
ْ َูุนََُّููู
ْ
ุชَุฐََّูุฑَُْูู، َูุงุฐُْูุฑُูุง ุงَّٰููู ุงْูุนَุธِْูู
َ َูุฐُْูุฑُْูู
ْ، َูุงุดُْูุฑُُْูู
ุนََูู ِูุนَู
ِِู َูุฒِุฏُْูู
ْ، ََููุฐِْูุฑُ ุงِّٰููู ุฃَْูุจَุฑ