Pendosawalan Kalinyamatan Jepara

05 Agustus 2025

Amalan dan Do'a-Do'a Sebelum Tidur

Di dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Ghazali menjelaskan bahwa ada beberapa doa yang diriwayatkan dari istri dan sahabat Nabi Muhammad SAW yang bisa diamalkan sebelum tidur. Berikut adalah beberapa di antaranya yang bersumber dari hadis sahih, lengkap dengan tulisan Arab, terjemahan, dan referensi hadisnya:

1. Doa Setelah Berbaring Menghadap Kiblat dan Meletakkan Tangan di Bawah Pipi

Diriwayatkan dari Hafshah, bahwa ketika Nabi SAW hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi seraya berdoa:

Doa:

اَللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

Terjemahan:

"Ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu."

Referensi:

HR. Abu Daud, no. 5045. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

2. Doa Saat Berbaring di Ranjang

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian hendak tidur, maka hendaknya ia mengibaskan kainnya ke kasur seraya membaca doa ini:

Doa:

بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا، بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

Terjemahan:

"Dengan nama-Mu, ya Tuhanku, aku berbaring. Dan dengan nama-Mu pula aku bangun. Jika Engkau menahan (mewafatkan) jiwaku, maka ampunilah ia. Dan jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 6320 dan Muslim, no. 2714.


3. Doa Sebelum Tidur Secara Umum

Doa ini adalah salah satu yang paling sering diamalkan. Diriwayatkan dari Huzaifah dan Abu Dzar, mereka berkata: "Apabila Rasulullah SAW berbaring di tempat tidurnya pada malam hari, beliau membaca:

Doa:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

Terjemahan:

"Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati (tidur) dan aku hidup (bangun)."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 6312 dan Muslim, no. 2711.


4. Doa Perlindungan dari Kejahatan

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membaca doa ini sebelum tidur, maka ia akan dilindungi dari segala kejahatan:

Doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ، وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّةِ، مِنْ شَرِّ مَا أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اَللَّهُمَّ أَنْتَ تَكْشِفُ الْمَغْرَمَ وَالْمَأْثَمَ، اَللَّهُمَّ لَا يُهْزَمُ جُنْدُكَ، وَلَا يُخْلَفُ وَعْدُكَ، سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

Terjemahan:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan wajah-Mu yang mulia dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dari segala kejahatan yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau-lah yang menghilangkan utang dan dosa. Ya Allah, tidak akan kalah pasukan-Mu, dan tidak akan diingkari janji-Mu. Maha Suci Engkau dengan segala puji-Mu."

Referensi:

HR. Muslim, no. 2713.

5. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas

Selain doa-doa di atas, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan untuk membaca tiga surat terakhir dalam Al-Qur'an.

Diriwayatkan dari Aisyah, bahwa Nabi SAW apabila hendak tidur, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya sambil membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Kemudian, beliau mengusap seluruh tubuhnya yang terjangkau oleh tangannya, dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali.

Referensi:

HR. Bukhari, no. 5017.


6. Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah, Ayat 255)

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ1

Terjemahan:

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung."


7. Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah (Ayat 285-286)

Ayat 285:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ2

Terjemahan:

"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berk3ata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat kembali.”

Ayat 286:4

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِ5يْنَ مِنْ قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Terjemahan:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ketika ia ditugaskan menjaga zakat Ramadhan, datanglah setan yang mencoba mengambil makanan. Setelah berhasil menangkapnya, setan itu memohon untuk dilepaskan dengan janji tidak akan kembali. Abu Hurairah melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah SAW, yang kemudian memintanya untuk melepaskan setan itu.

Pada kesempatan kedua, hal yang sama terulang. Dan pada kesempatan ketiga, setan itu berkata, "Lepaskan aku, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang akan memberimu manfaat." Abu Hurairah pun bertanya kalimat apakah itu. Setan itu menjawab:

"Apabila engkau hendak tidur, bacalah Ayat Kursi, karena sesungguhnya penjagaan dari Allah akan terus menyertaimu dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi hari."

Setelah Abu Hurairah melaporkan hal ini kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Dia telah berkata benar, padahal dia adalah pendusta."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 2311.

Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Diriwayatkan dari Abu Mas'ud Al-Badri, Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka kedua ayat itu sudah mencukupinya."

Referensi:

HR. Bukhari, no. 5009 dan Muslim, no. 808.

Para ulama menjelaskan bahwa makna "mencukupinya" bisa berarti mencukupinya dari segala keburukan dan godaan setan, atau mencukupinya dari kebutuhan ibadah di malam itu, seperti shalat malam. Amalan ini merupakan pelengkap dari zikir-zikir sebelum tidur.

Kesimpulan

Dengan demikian, membaca Ayat Kursi dan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah sebelum tidur adalah amalan yang sangat baik untuk diamalkan karena memiliki keutamaan:

  1. Mendapat perlindungan dari Allah dan dijauhkan dari gangguan setan hingga pagi.

  2. Mendapat kecukupan dari segala keburukan dan kebaikan yang mencukupi dari ibadah malam.

Jadi, selain doa-doa yang telah disebutkan sebelumnya, Anda bisa menambahkan amalan membaca Ayat Kursi dan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah untuk melengkapi zikir sebelum tidur Anda.

Jangan lupa, tidur dalam keadaan suci ...baik dari hadats besar maupun kecil

Semoga mimpi indah ....



Share:

03 Agustus 2025

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir: Perjalanan Mencari Ilmu dan Hikmah Ilahi



Kisah pertemuan Nabi Musa AS dengan seorang hamba Allah yang saleh, yang diyakini sebagai Nabi Khidir AS, adalah salah satu narasi paling mendalam dalam Al-Qur'an, khususnya dalam Surah Al-Kahfi ayat 60-82. Kisah ini bukan sekadar cerita, melainkan sebuah pelajaran berharga tentang kesabaran, kerendahan hati, dan pemahaman akan hikmah di balik setiap takdir Allah yang mungkin tampak tidak masuk akal bagi akal manusia.

Awal Pertemuan: Pencarian Ilmu yang Tak Kenal Lelah

Kisah ini bermula ketika Nabi Musa AS, yang dikenal sebagai salah satu Nabi Ulul Azmi dan memiliki ilmu yang luas, merasa bahwa ia adalah orang yang paling pandai di antara kaumnya. Allah SWT kemudian menegurnya melalui wahyu, memberitahukan bahwa ada seorang hamba-Nya yang memiliki ilmu yang lebih tinggi darinya, yaitu ilmu ladunni (ilmu langsung dari sisi Allah).  

Nabi Musa, dengan kerendahan hati yang luar biasa, segera memutuskan untuk mencari hamba Allah tersebut. Ia berkata kepada pembantunya, "Aku tidak akan berhenti hingga sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan bertahun-tahun" (QS. Al-Kahfi: 60). Perjalanan panjang ini menunjukkan kesabaran dan tekad Nabi Musa dalam menuntut ilmu. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya bertemu dengan Nabi Khidir di suatu tempat pertemuan dua laut.  

Nabi Musa kemudian memohon kepada Nabi Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk?" (QS. Al-Kahfi: 66). Nabi Khidir menjawab bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup bersabar bersamanya, karena ia akan melihat hal-hal yang tidak dapat ia pahami. Namun, Nabi Musa berjanji akan bersabar dan tidak akan membantah. Nabi Khidir pun menyetujui, dengan syarat Nabi Musa tidak boleh bertanya tentang apa pun yang ia lakukan sampai Nabi Khidir sendiri yang menjelaskannya.  

Tiga Peristiwa di Luar Nalar Nabi Musa

Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir kemudian diwarnai oleh tiga peristiwa yang menguji kesabaran dan pemahaman Nabi Musa, karena tindakan Nabi Khidir tampak bertentangan dengan akal sehat dan nurani kemanusiaan:

  1. Melubangi Kapal: Mereka menumpang sebuah perahu milik orang miskin. Di tengah perjalanan, Nabi Khidir tiba-tiba melubangi perahu tersebut. Nabi Musa terkejut dan tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar!" (QS. Al-Kahfi: 71). Nabi Khidir mengingatkan Nabi Musa akan janjinya untuk tidak bertanya, dan Nabi Musa memohon maaf, berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya.  

  2. Membunuh Anak Muda: Setelah melanjutkan perjalanan, mereka bertemu dengan seorang anak muda. Tanpa ragu, Nabi Khidir membunuh anak muda tersebut. Kembali, Nabi Musa tidak dapat menahan diri dan bertanya, "Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, padahal dia tidak membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat keji!" (QS. Al-Kahfi: 74). Nabi Khidir kembali mengingatkan Nabi Musa akan janjinya, dan Nabi Musa kembali memohon maaf, berjanji ini adalah pertanyaan terakhirnya.  

  3. Mendirikan Dinding yang Hampir Roboh: Mereka tiba di sebuah desa yang penduduknya kikir dan tidak mau menjamu mereka. Di sana, Nabi Khidir melihat sebuah dinding yang hampir roboh, lalu ia memperbaikinya. Nabi Musa merasa heran dan berkata, "Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta upah untuk itu" (QS. Al-Kahfi: 77). Ini adalah kali ketiga Nabi Musa tidak dapat menahan diri, dan Nabi Khidir menyatakan bahwa inilah saatnya perpisahan mereka.  

Analisis Peristiwa: Hikmah di Balik Tindakan yang Tidak Terduga

Peristiwa-peristiwa yang dilakukan Nabi Khidir, yang tampak kejam atau tidak masuk akal bagi Nabi Musa, sebenarnya mengandung hikmah dan kebaikan yang lebih besar yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan hamba-Nya yang diberi ilmu khusus. Nabi Khidir kemudian menjelaskan alasan di balik setiap tindakannya:

  1. Melubangi Kapal: Nabi Khidir menjelaskan bahwa kapal itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Di depan mereka ada seorang raja yang zalim yang akan merampas setiap kapal yang bagus. Dengan melubangi kapal tersebut, kapal itu akan tampak rusak dan tidak akan dirampas oleh raja, sehingga pemiliknya masih bisa memperbaikinya dan tetap memiliki mata pencaharian. Ini adalah contoh manajemen risiko, di mana Nabi Khidir mengambil keputusan yang memiliki risiko lebih kecil untuk mencegah kerugian yang lebih besar.  

  2. Membunuh Anak Muda: Anak muda yang dibunuh itu, jika dibiarkan hidup, akan tumbuh menjadi orang yang durhaka dan kafir, serta akan menyusahkan kedua orang tuanya yang saleh. Dengan membunuhnya, Allah akan menggantinya dengan anak yang lebih baik, lebih suci, dan lebih penyayang bagi kedua orang tuanya. Tindakan ini adalah bentuk perlindungan ilahi terhadap orang tua yang beriman dari kesengsaraan di masa depan.  

  3. Mendirikan Dinding yang Hampir Roboh: Dinding itu adalah milik dua anak yatim di kota tersebut, dan di bawahnya terdapat harta karun peninggalan orang tua mereka yang saleh. Jika dinding itu roboh, harta karun itu akan terlihat dan diambil oleh penduduk desa yang kikir. Dengan memperbaikinya, Nabi Khidir memastikan harta itu tetap tersembunyi hingga kedua anak yatim itu dewasa dan dapat mengambilnya sendiri. Tindakan ini adalah bentuk kebaikan dan perlindungan terhadap hak anak yatim, tanpa mengharapkan imbalan dari penduduk desa yang tidak ramah.

Pelajaran dan Hikmah dari Kisah Ini:

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir mengajarkan beberapa pelajaran fundamental:

  • Keterbatasan Akal Manusia: Akal dan pengetahuan manusia, bahkan seorang Nabi sekaliber Musa, memiliki batasan. Ada dimensi ilmu dan hikmah ilahi yang berada di luar jangkauan pemahaman kita. Apa yang tampak buruk di mata kita, bisa jadi mengandung kebaikan besar di masa depan yang tidak kita ketahui.  

  • Pentingnya Kesabaran: Kisah ini menekankan nilai kesabaran yang tinggi dalam menghadapi takdir dan peristiwa yang tidak kita pahami. Nabi Musa, meskipun seorang Nabi, diuji kesabarannya berulang kali. Ini menunjukkan bahwa kesabaran adalah kualitas yang harus terus dilatih, bahkan oleh orang-orang yang paling beriman.  

  • Kerendahan Hati dalam Menuntut Ilmu: Nabi Musa menunjukkan sikap tawadhu' (rendah hati) yang luar biasa dengan bersedia menuntut ilmu dari Nabi Khidir, meskipun secara status kenabian ia lebih tinggi. Ini mengajarkan bahwa dalam mencari ilmu, kita harus selalu merendahkan diri dan menghormati guru, tanpa memandang latar belakang atau kedudukan.  

  • Ilmu Ladunni dan Takdir Ilahi: Kisah ini memperkenalkan konsep ilmu ladunni, yaitu ilmu yang diberikan langsung oleh Allah SWT, yang berbeda dengan ilmu yang diperoleh melalui pembelajaran dan penalaran biasa. Tindakan Nabi Khidir adalah manifestasi dari takdir dan rencana Allah yang lebih besar, yang seringkali tidak dapat dipahami oleh akal manusia yang terbatas.

  • Kebaikan yang Tersembunyi: Setiap tindakan Nabi Khidir, meskipun tampak kejam atau aneh, pada akhirnya bertujuan untuk kebaikan dan keadilan yang lebih besar. Ini mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru menghakimi suatu peristiwa berdasarkan penampilan luarnya saja, melainkan mencari hikmah di baliknya.

  • Manajemen Risiko dan Pengambilan Keputusan: Dalam konteks modern, tindakan Nabi Khidir melubangi kapal dapat dianalisis sebagai contoh pengambilan keputusan dan manajemen risiko yang cermat, di mana ia memilih opsi dengan risiko yang lebih kecil untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi pemilik kapal.  

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah pengingat abadi bahwa alam semesta ini beroperasi di bawah rencana ilahi yang sempurna, yang seringkali melampaui pemahaman kita. Ini mendorong kita untuk mengembangkan kesabaran, kerendahan hati, dan keyakinan penuh pada hikmah Allah, bahkan ketika jalan yang ditempuh tampak tidak masuk akal bagi pandangan kita yang terbatas.

Share:

Postingan Populer